21.11.16

BEHAVIORISME part 1



Image result for BEHAVIORISME




A.    Sejarah Behaviorisme
Awal mula adanya Psikologi Behaviorisme adalah pada abad ke-20 di Amerika. Gerakan ini secara formal dirilis oleh seorang Psikolog Amerika yang bernama John Broadus Watson (1878-1958) dengan makalah berjudul “Psychology as the Behavioristic Views It” yang dipublikasikan tahun 1913.
Dalam makalahnya, Waston mengatakan satu-satunya pembahasan masuk akal dalam ilmu psikologi adalah dengan mengamati secara langsung perilaku yang tampak pada manusia. Sistem Watson yang memfokuskan pada kemampuan adaptasi perilaku terhadap stimulti-lingkungan menawarkan ilmu psikologi yang positif dan objektif. Hingga pada tahun 1930, Behaviorisme menjadi sistem yang mendominasi dalam Psikologi Amerika.

Image result for John Broadus Watson
John Broadus Watson

A.    Pengertian Behaviorisme
Secara sederhana, Behaviorisme adalah salah satu ilmu psikologi yang mempelajari tentang tingkah laku manusia.
Dalam arti yang lebih kompleks, Behaviorisme merupakan sebuah aliran dalam Psikologi yang mengatakan bahwa perilaku harus merupakan unsur tunggal psikologi. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap instropeksionisme (yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar).
Behaviorisme menganalisis bahwa hanya perilaku yang tampak saja yang dapat diukur dan memandang bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa apa-apa. Manusia akan berkembang sesuai dengan stimulus yang diterimanya dari lingkungan. Seseorang akan menjadi baik ketika dibesarkan pada kondisi lingkungan yang baik, dan menjadi buruk ketika dibesarkan pada lingkungan yang buruk pula.
Kaum behavioris tidak terlalu percaya pada sesuatu yang bersifat subjektif seperti adanya sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan dan emosi. Mereka hanya menerima sesuatu yang bersifat objektif atau benar-benar ada di hadapan mereka dan bukannya sesuatu yang muncul dari bayang-bayang atau dugaan saja. Behaviorisme juga hanya memandang manusia dari segi jasmani dan bukannya mental.
Para penganut behaviorisme tidak mengakui dengan adanya bakat, kecerdasan, minat, maupun perasaan individu dalam proses belajar. Menurut mereka, belajar hanya untuk melatih refleks-refleks sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang akan dikuasai individu. Seseorang sudah dianggap belajar jika terjadi perubahan pada kebiasaan dan perilakunya.
Ada tiga konsep penting dalam aliran behaviorisme, yakni: 1). Stimulus/rangsangan, 2). Respon, dan 3). Penguatan (reinforcement). Dalam mekanisme belajar behaviorisme, input yang diberikan oleh guru berupa stimulus/rangsangan. Setelahnya akan menghasilkan respon dari para pembelajar. Sisanya, para pembelajar hanya akan ditugaskan untuk menguatkan dan mempertegas apa yang mereka pelajari dalam bentuk tindakan atau perilaku sehari-hari.
Dengan teori stimulus-respon yang dikemukakan, Behaviorisme memosisikan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Yang hanya menunjukkan respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguat positif dan penguat negatif.


D.  Tokoh-tokoh aliran Behaviorisme

 1. John Broadus Watson (1878-1958)

Setelah memperoleh gelar master dalam bidang bahasa (Latin dn Yunani), matematika, dan filsafat pada tahun 1900 di University of Chicago. Sebelum ia tertarik dalam bidang ilmu psikologi, minat awalnya adalah pada filsafat. Karena mulai tertarik pada psikologi, Watson menulis desertasi dalam bidang psikologi eksperimen dan mulai melakukan percobaan dengan tikus-tikus percobaan. Tahun1903 ia menyelesaikan desertasinya. Tahun 1908 ia pindah ke John Hopkins University dan menjadi direktur labolaturiun psikologi di sana.
Konsep utama Watson dalam aliran Behaviorisme:
b.      Psikologi adalah cabang eksperimental dan natural science. Hal itu menjadikannya setara dengan ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi tidak punya tempat di dalamnya.
c.       Karena menjadikan bidang ‘kesadaran’ sebagai objek kajiannya, psikologi gagal dalam upaya membuktikan jati diri sebagai natural science.  Oleh karena itu, kesadaran/mind  harus dihapus dari ruang lingkup psikologi.
d.      Objek studi psikologi harus perilaku yang dapat diamati.
Pandangan utama Watson:
1.      Psikologi mempelajari stimulus dan respon (overt, covert, learned)
2.      Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku. Perilaku manusia adalah hasil belajar faktor eksternal atau dari lingkungan.
3.      Dalam pandangan mind-body, Watson berpendapat kalau mind mungkin saja ada, tetapi bukan sebagai sesuatu yang dipelajari melalui pendekatan ilmiah. Ia hanya menganggap body sebagai objek studi ilmiah. (Pada titik ini sejarah mencatat pertama kalinya sejak zaman filsafat Yunani terjadi penolakan total terhadap soul-mind. Tidak heran bila pandangan ini mendapat banyak reaksi keras, namun dengan berjalannya waktu, Behaviorisme justru menjadi populer).
4.      Sejalan dengan fokus ilmunya yang objektif, maka psikologi harus menggunakan metode empiris.
5.      Watson menolak konsep insting, sebaliknya, konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam pandangannya. Ia juga memiliki konsep tersendiri tentang memory, menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu dilakukan/digunakan. Dengan kata lain, orang akan selalu ingat bilamana sesuatu itu dijadikan kebiasaan dan kebutuhan.
6.      Proses thinking and speech terkait erat.
7.      Psikologi adalah ilmu yang bertujuan untuk meramalkan perilaku. Perilaku dapat dikontrol jika ada hukum yang mengaturnya. Hal ini menjadi pandangan oleh banyak ahli, Watson juga membangkitkan kembali semangat objektivitas dalam psikologi yang membuka jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimen terkontrol.
 2.  Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)

Image result for ivan pavlov

Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 Sepetember 1849 di Ryazan, Rusia. Sebenarnya ia bukan sarjana psikologi dan menolak untuk dipanggil psikolog, karena ia adalah sarjana ilmu faal yang fanatik. Bahkan ia sangat anti terhadap ilmu psikologi karena dianggapnya kurang ilmiah, karenanya ia sangat menghindari istilah-istilah dan konsep-konsep psikologi. Meskipun begitu, peranan Pavlov terhadap psikologi sangat penting, karena studinya mengenai refleks-refleks merupakan dasar bagi perkembangan aliran behaviorisme.
Pandangannya yang paling penting adalah bahwa aktivitas psikis sebenarnya tidak laindaripada rangkaian-rangkaian refleks belaka. Karena itu, untuk mempelajari aktivitas psikis, kita cukup mempelajari refleksnya saja. Pandangan ini di dapatnya dari tokoh Rusia lain bernama I.M. Sechenov, kemudian dijadikan dasar pandangan oleh salah satu tokoh Amerika dalam aliran behaviorismenya.
Pavlov adalah seorang behavioristik terkenal dengan teori pengkondisian klasik asosiatif stimulus-respon (Classic Condition). Yakni sebuah proses yang ditemukannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan perangsang netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Dalam eksperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi bel diberikan, ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walaupun tanpa diberikan makanan. Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa kemudian diberikan makanan, maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang.



Related image
Pengkondisian Klasik ( Pavlov Dog )

Kesimpulan dari eksperimennya adalah bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning dimana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi (makanan) lama-kelamaan dihubungkan dengan  rangsang berkondisi (bunyi bel). Dengan kata lain, gerakang-gerakan refleks itu dapat dipelajari, dapat berubah karena mendapat latihan.
Hukum-hukum yang dihasilkan oleh eksperimen Pavlov adalah:
1.      Law of Respondent Conditioning, yakni hukum pembiasaan yang di tuntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan, maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2.      Law of Respondent Exinction, yakni hukum pemusnahan yang di tuntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent Condition itu di datangkan kembali tanpa menghadirkan reinforce (penguatan), maka kekuatannya menurun.

3. Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Image result for Edward Lee Thorndike

Menurut Thorndike, belajar merupan peristiwa terbentuknya interaksi antara stimulus dan respon. Thorndike menggambarkan belajar sebagai proses untuk memecahkan masalah. Dalam penelitiannya tentang proses belajar, menurutnya pelajar harus diberi persoalan agar dapat dipikirkan solusinya.
Dalam hal ini, Thorndike melakukan eksperimen dengan puzzle box. Dalam eksperimennya, Thorndike memasukan kucing pada sangkar tertutup yang pintunya dapat dibuka secara otomatis apabila kenop dalam sangkar disentuh. Percobaan ini disebut sebagai Trial and Error Learning yakni, adanya respon terhadap situasi, terjadi eliminasi terhadap berbagai respon yang salah, dan terdapat kemajuan reaksi demi mencapai tujuan.
Image result for edward lee thorndike puzzle box
Puzzel Box Thondike

Melalui eksperimennya yang dilakukan pada kucing tersebut, ia mengembangkan tiga hukumnya, yaitu:
1.      Law of effect, yang menyatakan prinsip senang tidak senang, suatu respon akan diperkuat apabila diikuti oleh suatu perasaan senang terhadap sesuatu, dan respon akan diperlemah jika diikuti oleh suatu rasa tidak senang.
2.      Law of exercise, yang menyatakan bahwa semakin sering suatu respon yang berasal dari suatu stimulus tertentu maka akan semakin besar kemungkinan respon tersebut untuk dicamkan atau diingat dalam suatu long term memory.
3.      Law of readiness yang menyatakan bahwa perkembangan sistem syaraf akan menyebabkan unit perilaku tertentu akan lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan unit perilaku yang lainnya. Dengan kata lain, pembelajaran yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar